MAKALAH ANALISA FISIKA
DAN KIMIA LINGKUNGAN
(TEKNIK PENGUKURAN
DO,COD,BOD)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada umumnya kebutuhan akan air bersih dipe roleh
dari sumber air permukaan, salah satunya
adalah sungai. Proses yang terjadi di sungai sangat kompleks, sehingga diperlukan model untuk
menggambarkan proses-proses tersebut. Model
yang tepat dapat menggambarkan perilaku rata- rata dari parameter kualitas air dan proses - proses
yang terjadi di dalam air sungai. Sedangkan analisa permasalahan dari pemodelan berguna untuk
mengetahui keterkaitan antara berbagai
parameter yang saling mempengaruhi dan juga untuk menduga (meramalkan) kemungkinan- kemungkinan
yang akan terjadi karena perubahan
situasi dan kondisi sungai.
Model matematika sangat tepat digunakan jika tidak mungkin dilakukan pendekatan system
secara eksperimen, misalnya pemodelan air yang bertujuan untuk meramalkan
kondisinya di masa yang akan
datang.dengan tujuan untuk prediksi kualitas air di masa yang akan datang , model yang tepat
adalah stokastik, karena sesuai dengan salah satu sifat penting air yaitu stokastik,
artinya keberadaan air diatur oleh proses fisik yang berdistribusi kemungkinan
(random). Oleh karena itu pengambilan
keputusan dalam mengembangkan sumberdaya air didasarkan atas distribusi
kemungkinan (Usman, 2008). Model stokastik tersebut mengandung
unsur acak atau distribusi peluang, sehingga
tidak hanya membuat penafsiran keluaran yang devinitif tapi juga disertai
dengan deviasi (variance).Semakin besar ketidakpastian akan tingkah laku suatu
sistem, semakin penting penerapan model stokastik, seperti konversi kimia dalam
kualitas air yang cenderung terjadi secara acak (Sitompul, 2000).
Parameter kualitas air yang terpenting adalah
BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan DO (Dissolved Oxygen) (Salmin, 2005). BOD
merupakan salah satu variabel kunci yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas
air sungai (Revelli dan Ridolfi, 2004), sedangkan DO adalah salah
satu parameter yang biasadigunakan untuk mengukur kualitas suatuperairan
(Cole, 1991dalam Sutimin, 2006) yang
menunjukkan tingkat kesegaran air sebagai akibat dari pencemaran air oleh
parameter organik (Irianto dan Machbub, 2010). Parameter organik (sebagai
BOD) adalah parameter umum yang sering dipakai
untuk menunjukkan tingkat pencemaran organik dari sumber pencemar seperti industri,
domestik, pertanian dan perikanan. Beban BOD yang berlebihan mengganggu
kualitas air sungai karena menyebabkan
konsentrasi DO rendah sehingga sungai tidak layak untuk kehidupan flora dan
fauna (Boano et al., 2006).
BAB II
LANDASAN TEORI
1.
Dissolved
Oxygen (DO)
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau
sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah
satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur
dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang
tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran
DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
DO adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air
dan diukur dalam satuan miligram per liter (mg/1). Oksigen yang terlarut ini
dipergunakan sebagai tanda derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar
oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil
(Sugiharto, 1987: 7).
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan
komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki
kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga
zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh
mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses
metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam
menguraikan kandungan dalam air. Reaksi yang terjadi dalam penguraian tersebut
adalah :
Jika reaksi
penguraian komponen kimia dalam air terus terjadi, maka kadar oksigen pun akan menurun.
Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen
kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air. Untuk
mengukur kadar DO dalam air, ada 2 metode yang sering dilakukan:
1. Metode titrasi
2.Metode
elektrokimia atau lebih dikenal pengukran dengan DO-meter
2.
Chemical
Oxygen Demand (COD)
COD juga merupakan salah satu parameter untuk mengetahui
adanya suatu pencemaran yang disebabkan oleh air limbah. Prinsip dasar
penentuan COD adalah proses oksidasi total oleh kalium dikromat dalam
lingkungan asam sulfat pekat. Sisa kalium dikromat yang tidak tereduksi
dititrasi dengan larutan standard larutan fero ammonium sulfat. Untuk
mengefektifkan proses oksidasi terutama bagi sampel yang mengandung senyawa
alifatis maka digunakan perak sulfat sebagai katalisator. COD adalah banyaknya
oksigen dalam ppm atau miligram per liter (mg/1) yang dibutuhkan dalam kondisi
khusus untuk menguraikan benda organik secara kimiawi (Sugiharto, 1987 : 6).
COD tidak dapat diukur dengan baik dalam suatu sampel yang
mengandung ion klorida lebih dari 2.000 mg/L larutan sampel. Hal ini oleh
karena ion klorida dapat bereaksi dengan kalium dikromat membentuk klorin.
COD juga merupakan salah satu parameter untuk mengetahui
adanya suatu pencemaran yang disebabkan oleh air limbah. Prinsip dasar
penentuan COD adalah proses oksidasi total oleh kalium dikromat dalam
lingkungan asam sulfat pekat. Sisa kalium dikromat yang tidak tereduksi
dititrasi dengan larutan standard larutan fero ammonium sulfat. Untuk
mengefektifkan proses oksidasi terutama bagi sampel yang mengandung senyawa
alifatis maka digunakan perak sulfat sebagai katalisator. COD adalah banyaknya
oksigen dalam ppm atau miligram per liter (mg/1) yang dibutuhkan dalam kondisi
khusus untuk menguraikan benda organik secara kimiawi (Sugiharto, 1987 : 6).
COD tidak dapat diukur dengan baik dalam suatu sampel yang
mengandung ion klorida lebih dari 2.000 mg/L larutan sampel. Hal ini oleh
karena ion klorida dapat bereaksi dengan kalium dikromat membentuk klorin
3.
Biological
Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) (Biological Oxygen
Demand, disingkat BOD) adalah analisis empiris untuk mengukur proses-proses
biologis (khususnya aktivitas mikroorganisme yang berlangsung di dalam air. BOD adalah banyaknya oksigen dalam
ppm atau miligram per liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan benda
organik oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernih kembali
(Sugiharto, 1987 : 6). Nilai BOD merupakan suatu pendekatan umum yang
menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
menguraikan zat organik terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi
di dalam air. Di dalam pemantauan kualitas air, BOD merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran air. Pengukuran
parameter ini dapat dilakukan pada air minum maupun air buangan. Pada air
limbah apabila dalam air banyak mengandung bahan-bahan organik, akan
mengakibatkan semakin banyaknya oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk
menguraikan bahan-bahan organik tersebut, sehingga kandungan oksigen dalam air
akan semakin menurun. Semakin besar angka BOD menunjukkan tingkat kekotoran air limbah semakin
besar. Pengukuran BOD penting,
karena merupakan parameter untuk menentukan daya cemar air limbah.
Proses stabilisasi secara aerob akan
mengakibatkan sel-sel mikroba mengkonsumsi protoplasmanya sendiri sedangkan
jaringan selnya teroksidasi menjadi karbondioksida, air dan amoniak dan hanya
sekitar 20-25% bahan organik yang tidak terurai secara biologis. Untuk
mengetahui nilai BOD dilakukan analisa berdasarkan pada selisih antara oksigen
terlarut sebelum dan sesudah inkubasi selama 5 hari pada suhu 200C. Selisih ini
merupakan nilai BOD yang menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroba aerob untuk dekomposisi bahan-bahan organik. Nilai BOD merupakan ukuran
untuk menentukan kualitas air limbah. BOD yang bernilai rendah menunjukkan
kualitas air limbah yang baik sehingga tidak mencemari lingkungan. Analisis oksigen terlarut merupakan dasar utama dalam penentuan nilai BOD. Sampai saat
ini metode penentuan oksigen terlarut yang dikenal luas adalah metode Winkler.
Secara garis besar metode Winkler melibatkan reaksi contoh dengan garam Mangan
(II) secara berlebih dan Natrium Iodida serta Natrium hidroksida. Terbentuknya
endapan Mn(OH)2 akan dioksidasikan oleh oksigen menjadi Mn(OH)3
yang berwarna coklat dan melalui pengasaman maka Mn(OH)3 akan
mengoksidasi iodida menjadi iodium. Natrium thiosulfat yang normalitasnya telah
diketahui dapat digunakan untuk titrasi larutan iodium yang dibebaskan
tersebut. Terdapatnya ion-ion logam beracun dan zat kimia seperti fenol, khlor
bebas, cyanide, formalin didalam air limbah akan mempengaruhi hasil analisa BOD
oleh karena zat-zat tersebut akan menghambat aktifitas mikroba sehingga
mengakibatkan nilai BOD bukan yang sebenarnya.
BAB III
TEKNIK
PENGUKURAN
1. Teknik
pengukuran kadar D
Oksigen terlarut memiliki satuan
miligram per liter (mg/l). Kisaran nilai oksigen terlarut pada umumnya di
perairan Indonesia adalah antara 5 mg/l sampai dengan 7 mg/l (Kepmen LH No. 51
tahun 2004). Berikut adalah spesifikasi untuk data oksigen terlarut pada model
data yang berbeda.
-
Data
titik: oksigen terlarut disimpan dalam field O2 larut dengan presisi
sebesar 0,1 mg/l. Tabel 11 menunjukkan spesifikasi data oksigen terlarut yang
tersimpan dalam data titik.
Tabel
11 — Spesifikasi teknis atribut oksigen terlarut pada data titik
Nama
Field
|
Format
|
Contoh
nilai
|
Keterangan
|
O2 larutan
|
Angka (4,1)
|
·
5,2
·
6,8
|
Nilai oksigen terlarut dalam
mg/l
|
-
Data
garis: data oksigen terlarut dalam format garis memiliki interval 0,5 mg/l.
Garis yang ada tergantung dari nilai minimum dan nilai maksimum yang ada.
Sebagai contoh bila kisaran data adalah 5,2 sampai 6,7, maka garis yang ada
adalah 5,5, 6,0 dan 6,5. Tabel 12 menunjukkan spesifikasi data oksigen terlarut
yang tersimpan pada data garis.
Tabel
12— Spesifikasi teknis atribut oksigen terlarut pada data garis
Nama
Field
|
Format
|
Contoh
nilai
|
Keterangan
|
O2 larutan
|
Angka (4,1)
|
·
5,0
·
5,5
|
Nilai oksigen terlarut dalam
mg/l
|
-
Data poligon: menampilkan suatu wilayah dengan
nilai kisaran oksigen terlarut yang sama. Acuan dalam klasifikasi data poligon
adalah sebagai berikut:
a)
Interval dibuat dalam satu digit di belakang
koma
b)
Sesuai dengan interval pada data garis sebesar
0,5 mg/l, maka interval poligon juga dibuat 0,5 mg/l;
c)
Kelas pertama dimulai dengan nilai kelipatan 0,5
di bawah nilai minimum;
d)
Interval poligon dimulai dengan angka kelipatan
0,5 dan diakhiri dengan angka kelipatan 0,5 berikutnya dikurangi 0,1; dan
e)
Kelas terakhir diakhiri dengan nilai kelipatan
0,5 di atas nilai maksimum dikurangi 0,1.
Sebagai contoh,
data dengan oksigen terlarut antara 5,2 sampai dengan 6,7 akan memiliki kelas:
5,0 – 5,4; 5,5 – 5,9; 6,0 – 6,4; dan 6,5 – 6,9.
Tabel 13 menunjukkan spesifikasi data
oksigen terlarut yang tersimpan pada data poligon.
Nama
Field
|
Format
|
Contoh
nilai
|
Keterangan
|
O2 larutan
|
Teks 15
|
·
5,0
- 5,4
·
5,5
– 5,9
·
6,0
– 6,4
·
6,5
– 6,9
|
Nilai
oksigen terlarut dalam mg/l
|
Pengambilan
sampel DO dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan cara umum
dan cara khusus:
a) Menggunakan
titrasi
b) Menggunakan
alat DO meter.
Pengukuran
oksigen terlarut dilakukan dengan cara titrasi, sebagai berikut:
·
Siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang
diketahui serta dilengkapi dengan
·
tutup asah;
·
Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air
dengan posisi mulut botol searah dengan
·
aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol
dengan tenang, atau dapat pula dengan
·
menggunakan sifon;
·
Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya
turbulensi dan gelembung udara selama
·
pengisian, kemudian botol ditutup;
·
Contoh siap untuk dianalisa.
Tahapan
pengambilan contoh dengan cara alat khusus (DO meter), dilakukan sebagai
berikut:
·
Siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang
diketahui serta dilengkapi dengan
·
tutup asah;
·
Masukkan botol ke dalam alat khusus (lihat
Gambar 3);
·
Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut;
·
Alat pengambil contoh untuk pengujian oksigen
terlarut ini dapat ditutup segera setelah
·
terisi penuh.
Selain itu, pengujian kadar DO juga telah diatur dalam Standart Nasional
Indonesia. Tata cara pengujian berserta alat dan bahan telah tercantum pada SNI
tersebut. Untuk itu, SNI dapat dilihat pada lembar lampiran.
1. Teknik
pengukuran kadar COD
1.
Prinsip
KOK
(Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah oksidan Cr2O72-
yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk
tiap 1000 mL contoh uji.
Senyawa
organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O72-
dalam refluks tertutup menghasilkan Cr3+. Jumlah oksidan yang
dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg /L) diukur
secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O72 - kuat
mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan Cr3+ kuat
mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm.
Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr3+
pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai KOK yang lebih
tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai
KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi Cr2O72-
pada panjang gelombang 420 nm.
2.
Bahan
a) Air
suling bebas klorida dan bebas organik.
b) Larutan
pencerna (digestion solution) pada kisaran konsentrasi tinggi.
Tambahkan
10,216 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada
suhu 150°C selama 2 jam ke dalam 500 ml air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4
pekat dan 33,3 g HgSO4. Larutkan, dan dinginkan pada suhu ruang dan
encerkan sampai 1000 mL.
c) Larutan
pencerna (digestion solution) pada kisaran konsentrasi rendah.
Tambahkan
1,022 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada
suhu 150°C selama 2 jam ke dalam 500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4
pekat dan 33,3 g HgSO4. Larutkan, dan dinginkan pada suhu ruang dan
encerkan sampai 1000 mL.
d) Larutan
pereaksi asam sulfat
Tambahkan
serbuk atau kristal Ag2SO4 teknis ke dalam H2SO4
pekat dengan perbandingan 5,5 g Ag2SO4 untuk tiap satu kg H2SO4 pekat atau
10,12 g Ag2SO4 untuk tiap 1000 mL H2SO4
pekat. Biarkan 1 jam sampai dengan 2 jam sampai larut, aduk
e) Asam
sulfamat (NH2SO3H).
Digunakan
jika gangguan nitrit akan dihilangkan. Tambahkan 10 mg asam sulfamat untuk
setiap mg NO2- N yang ada dalam contoh uji.
f) Larutan
standar kalium hidrogen phtalat , HOOCC6H4COOK (KHP).
Gerus
perlahan KHP lalu keringkan sampai berat konstan pada suhu 110°C. Larutkan 425
mg KHP ke dalam air suling, encerkan sampai 1000 mL. Secara teori, KHP
mempunyai nilai KOK 1,176 mg O2/mg KHP dan larutan ini secara teori
mempunyai nilai KOK 500 μg O2/mL. Larutan ini stabil bila disimpan
dalam kondisi dingin. Hati-hati terhadap pertumbuhan biologi. Siapkan dan
pindahkan larutan dalam kondisi steril. Sebaiknya larutan ini dipersiapkan
setiap 1 minggu.
3. Peralatan
a) Spektrofotometer
sinar tampak
b)
Kuvet
c) Tabung
pencerna, lebih baik gunakan kultur tabung borosilikat dengan ukuran 16 mm x 100
mm; 20 mm x 150 mm atau 25 mm x 150 mm bertutup ulir. Atau alternatif lain,
gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 mL (diameter 19 mm sampai dengan
20 mm)
d) Pemanas
dengan lubang-lubang penyangga tabung;
e) Mikroburet;
f) Labu
ukur 50 mL, 100 mL, 250 mL, 500 mL dan 1000 mL;
g) Pipet
volum 5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL dan 25 mL;
h) Gelas
piala; dan
i)
Timbangan analitik.
*Note:
Kelengkapan data prosedur terdapat pada
lempira yaitu mengacu pada SNI 06-6989.2-2004
2. Teknik
pengukuran BOD
Pada penentuan BOD, digunakan Metode Titrasi Winkler (Iodometri) yang
sama dengan metode pada penentuan DO. Perlakuan yang berbeda adalah pada
perlakuan awal sebelum titrasi winkler, meliputi :
a. Prosedur
pengambilan sampel
Botol Winkler yang digunakan untuk mengambil sampel harus bersih, dan
telah dibilas dengan air suling terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan pengkondisian cairan yang akan digunakan
untuk mengisi botol. Hal yang sama juga berlaku untuk alat-alat pengambilan
sampel yang digunakan. Alat-alat ini harus bersih dan tidak mengandung sisa
dari bekas sampel yang lama, khususnya tumbuhnya jamur dan lumut harus
dicegah. Pengambilan sampel dilakukan di sungai dibawah permukaan air
sekitar 5 m. kemudian di tempatkan dalam botol sampel/ botol winkler sampai
penuh, dikondisikan Ph pada 7,0 ± 0,1
dengan menggunakan asam atau basa
kemudian langsung di tutup.
Selama penentuan oksigen terlarut, baik untuk DO maupun BOD, diusahakan
seminimal mungkin larutan sampai yang akan diperiksa tidak berkontak dengan
udara bebas.
b. Prosedur
pengenceran sampel
Oleh karena jumlah oksigen dalam botol terbatas, maksimum 9 mg O2/L
tersedia, maka oksigen terlarut pada akhir inkubasi antara 3 dan 6 mg O2/L
sehingga perlu diencerkan. Karena COD sampel belum diketahui, untuk menaksir
pengenceran (Derajat Pengenceran/ P) yang cocok
disesuaikan dengan sumber atau asal sampel. Untuk air sungai yang
tercemar zat organic, maka dipilih P = 0,25; 0,125 dan 0,0625. Air buangan penduduk P = 0,015 dan 0,075. Dan
air dari buangan industry P= 0,075; 0,004; 0,002; dan 0,001.
-
Prosedur pembawaan sampel BOD ke lab
Botol BOD ini
disimpan dalam incubator (suhu 20o C) selama kira-kira 1 jam saat di
bawa ke laboratorium.
-
Penyimpanan sampel selama 5 hari
Jika suhu awal
sampel lebih dari 20o C, maka setelah pendinginan 1 jam, volum
larutan akan berkurang, sehingga ditambahkan kembali air pengencer sehingga di
dalam botol tertutup tidak ada gelembung udara. Kemudian disimpan terus dalam
incubator (suhu 20o C) selama 5 hari.
-
Penentuan BOD dengan titrasi Winkler (sama
seperti pada penentuan DO)
Perhitungan untuk kadar
BOD:
BOD (ppm) = 5x
(DO awal – DO akhir)
Selain itu, pengujian kadar BOD juga telah diatur dalam Standart Nasional
Indonesia. Tata cara pengujian berserta alat dan bahan telah tercantum pada SNI
tersebut. Untuk itu, SNI dapat dilihat pada lembar lampiran.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
·
Oksigen terlarut memiliki satuan miligram per
liter (mg/l). Kisaran nilai oksigen terlarut pada umumnya di perairan Indonesia
adalah antara 5 mg/l sampai dengan 7 mg/l (Kepmen LH No. 51 tahun 2004).
·
Pengambilan sampel DO dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan menggunakan cara umum dan cara khusus:
a.Menggunakan
Titrasi
b.Menggunakan
alat DO meter
·
Untuk nilai KOK
(Chemical Oxygen Demand = COD)100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan
kenaikan Cr3+ pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan
nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan
pengurangan konsentrasi Cr2O72- pada panjang gelombang
420 nm.
·
Pada penentuan BOD, digunakan Metode Titrasi
Winkler (Iodometri) yang sama dengan metode pada penentuan DO. Perlakuan yang
berbeda adalah pada perlakuan awal sebelum titrasi winkler.
·
Penentuan BOD dengan titrasi Winkler (sama
seperti pada penentuan DO) Perhitungan
untuk kadar BOD: BOD (ppm) = 5x
(DO awal – DO akhir) Selain itu, pengujian kadar BOD juga telah diatur dalam
Standart Nasional Indonesia. Tata cara pengujian berserta alat dan bahan telah
tercantum pada SNI tersebut.
DAFTAR ACUAN
JURNAL KUALITAS DAN
BEBAN PENCEMARAN PERAIRAN WADUK
GAJAH MUNGKUR
1Peni Pujiastuti,
2Bagus Ismail, dan 3Pranoto
1Prodi Analis Kimia
Fakultas Teknik Universitas Setia Budi
2Prodi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Setia Budi
3Prodi MIPA
Kimia Universitas Sebelas Maret
JURNAL KAJIAN KUALITAS LIMBAH CAIR DOMESTIK DI BEBERAPA SUNGAI YANG MELINTASI
KOTA MANADO DARI ASPEK BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK
(Quality of Study
of Domestic Wastewater in Rivers Passing Through Manado City Based on Organic
and Inorganic Materials)
Adianse Tarigan1*,
Markus T. Lasut1 , Sandra O. Tilaar1
1Program Studi
Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi
Manado
JURNAL KAJIAN
PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN SELAT ANTARA
PULAU UT DAN PULAU
KEI KECIL KABUPATEN MALUKU TENGGARA
SEBAGAI LOKASI
BUDIDAYA KERANG MUTIARA (Pinctada sp)
(The Study Of
Chemical Of Water Quality In Strait Between Ut Island And Kai
Kecil Islands
Distric Of South East Mollucas For Pearl Runch; Pinctada sp)
Martha Rettob Dan
Jane L Dangeubun
Jurusan Teknologi
Hasil Perikanan, Program Studi Teknologi Budidaya Perikanan
Politeknik Perikanan
Negeri Tual
SNI 6989.2:2009 CARA UJI KEBUTUHAN OKSIGEN
KIMIAWI (COD) dengan refluks s tertutup secara spektrofotometri
SNI 6989.2.72:2009 CARA UJI OKSIGEN
BIOKIMIA (BOD)
SNI -06-6989.14-2004 CARA UJI OKSIGEN
TERLARUT SECARA YODOMETRI
0 Response to "MAKALAH ANALISA FISIKA DAN KIMIA LINGKUNGAN (TEKNIK PENGUKURAN DO,COD,BOD)"
Post a Comment